Dalam takhayul barat, Jumat tanggal 13 dianggap sebagai hari sial dan sering dikaitkan dengan horor. Ternyata ada sejarah kenapa hari itu dipercaya sebagai hari sial.
Ada sejumlah teori mengapa Jumat tanggal 13 dianggap menakutkan. Teori pertama ini dihubungkan menjadi kisah Perjamuan Terakhir dalam Alkitab.
Perjamuan Terakhir dihadiri oleh 13 orang, Yesus Kristus dan 12 muridnya. Perjamuan Terakhir berlangsung pada Kamis Putih, malam sebelum penyaliban Yesus Kristus oleh tentara Romawi pada Jumat Agung.
BACA JUGA : Sinopsis Dan Fakta Film Paku Tanah Jawa
Ada pula teori yang mengatakan bahwa takhayul ini berasal dari cerita mitologi Viking Norwegia yang membahas tentang tamu ke-13. Dikisahkan ketika para dewa sedang mengadakan pesta makan malam, acara mereka dirusak oleh kedatangan tamu ke-13 bernama Loki. Akibatnya, dunia terjerumus ke dalam kegelapan dan kekacauan, umat manusia hidup dalam kesengsaraan.
Nah, ada beberapa upaya untuk meneliti statistik terkait keyakinan bahwa Jumat tanggal 13 adalah hari sial. Seperti dikutip dari IFL Science, Jumat (13/1/2022) sekelompok peneliti tertarik untuk melihat apakah mereka bisa mengukur seberapa besar kepercayaan orang terhadap takhayul tersebut, dan apakah hal tersebut memengaruhi perilaku mereka.
Kajian ini mereka lakukan dengan mengecek data arus lalu lintas dan kecelakaan. Asumsinya adalah orang yang percaya pada takhayul tersebut akan berhati-hati dalam berperilaku, misalnya apakah orang cenderung tidak mengemudi dan berbelanja pada hari Jumat tanggal 13?
Penelitian yang dipublikasikan di BMJ pada tahun 1993 ini menemukan beberapa bukti sementara bahwa orang memang mengubah perilakunya pada hari Jumat tanggal 13.
“Tampaknya lebih sedikit orang yang mengemudi di jalan raya pada hari Jumat . Sekitar 1,4% populasi mungkin terpengaruh oleh keyakinan ini,” tulis tim peneliti.
BACA LAINYA : Kisah Si Manis Jembatan Ancol
Menariknya, menurut penelitian tersebut, rawat inap di rumah sakit akibat kecelakaan transportasi meningkat pada hari Jumat meskipun jumlah mobil di jalan lebih sedikit.
Meskipun mereka mencatat bahwa jumlah kecelakaan yang diteliti terlalu kecil untuk memungkinkan analisis yang bermakna, mereka menyarankan penelitian berskala lebih besar untuk mendukung atau membantah takhayul tersebut.